Jakarta - INGATKEMBALIcom: Koordinator Kelompok Ahli BNN, Ahwil Lutan, mengungkapkan Pekerja Migran Indonesia (PMI) kerap menjadi sasaran bandar narkoba. Mereka umumnya dimanfaatkan sebagai kurir untuk menyelundupkan barang terlarang ke berbagai negara.
“Sebagian besar PMI tidak menyadari risiko yang dihadapi dan hanya tergiur bayaran tinggi,” ujar Ahwil dikutip wawancara PRO3 RRI, Jumat, 14 Maret 2025. Ia mengatakan, beberapa dari mereka dititipi narkotika oleh sindikat internasional dan terancam hukuman berat di luar negeri.
Selain narkotika, beberapa juga dimanfaatkan untuk menyelundupkan uang palsu dan barang mewah. “Ada PMI dari Arab Saudi yang dititipi tas bermerek untuk dijual kembali di Indonesia,” kata Ahwil.
Menurutnya, fenomena ini pernah terjadi dalam skala besar pada tahun 2010-2011, melibatkan kurir narkotika dari Iran. Saat itu, banyak perempuan berjilbab yang kedapatan menyelundupkan sabu dengan nilai keuntungan besar.
“Harga sabu di Iran sangat murah, hanya sekitar 15 ribu rupiah per gram. Sedangkan di Indonesia, harga narkotika bisa mencapai jutaan rupiah per gram, menarik bagi pelaku kejahatan,” ucap Ahwil, menjelaskan.
BNN telah berupaya memberikan penyuluhan kepada PMI di berbagai negara agar mereka tidak terjebak dalam jaringan ini. Salah satu strategi adalah bekerja sama dengan perwakilan Indonesia di luar negeri untuk meningkatkan kesadaran.
Ahwil menegaskan perlindungan terhadap PMI harus ditingkatkan agar mereka tidak mudah dimanfaatkan oleh sindikat narkoba. Kerja sama antara berbagai pihak juga sangat penting untuk mencegah PMI menjadi korban kejahatan terorganisir.(Na/By/Sa/Ar/Na)
Copyright © INGATKEMBALIcom 2025